Selasa, 28 Juni 2016

ALLOH SWT MAHA DZOHIR



ALLOH SWT MAHA DZOHIR

Dalam Kitab Al Hikam Ibnu Attha'illah Al Askandary disebutkan,Sangat jauh berbeda antara orang yang berdalil ".

"ADANYA WUJUD ALLOH TA'ALA ITU MENUNJUKKAN WUJUD ALAM SEMESTA",

"Dengan orang yang berdalil",

"ADANYA ALAM SEMESTA INI MENUNJUKAKAN WUJUD ALLOH TA'ALA",

"Adapun orang yang berdalil".

"ADANYA WUJUD ALLOH TA'ALA MENUNJUKKAN WUJUD ALAM SEMESTA ".

Itulah orang yang telah meletakkan wujud haq pada tempatnya,orang itulah yang mengenal Alloh,
dan menetapkan tiada wujud segala sesuatudan yang maujud hanya Alloh.

Seadangkan orang yang berdalil"

"ADANYA ALAM SEMESTA INI MENUNJUKKAN WUJUD ALLOH TA'ALA",

"Maka orang ini yang tidak sampai kepada mengenal Alloh","Dan kapankan Alloh itu hilang ?".
"Sehingga kita memerlukan dalil untuk mengenalnya ? Dan kapankan Alloh itu jauh ?"Sehinngga alam semesta ini ,dapat menyampaikan kita kepadanya !"

Di Dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atho'illah Al Askandariy disebutkan:

Ma hajabaKa anillahi wujudu mawjudin ma'ahu-Wa lakin hajabaKa a'nhu tuwhum mawjudin ma'ahu-

Tiada sesuatu apapun yang menghalangi engkau dengan Alloh',tetapi yang mengahalangimu adalah prasangkamu,bahwa ada sesuatu selain Alloh, Sebab segala sesuatu itu pada haqiqatnya tidak ada yang wajib ada ( wajibul wujud ) itu hanya Alloh semata-

Dalam Risalah Al Qusyairiah ,Al Qusyi berkata'

Al Mukasyafatu wa huwa hudhuruhu bina'til bayana gayro muftaqirin fi hazihil halati ila ta ammilid dalil-

Mukasyafah itu adalah melihat kenyataan wajahNya,dengan sifat yang terang,tidak memerlukan dalil atau keterangan dan nyata tidak memerlukan pemikiran

Di Dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atho'illah Al Askandariy disebutkan:
Ma hajabaKa anillahi wujudu mawjudin ma'ahu--Wa lakin hajabaKa a'nhu tuwhum mawjudin ma'ahu-

Tiada sesuatu apapun yang menghalangi engkau dengan Alloh',tetapi yang mengahalangimu adalah prasangkamu,bahwa ada sesuatuselain Alloh,Sebab segala sesuatu itu pada haqiqatnya tidak ada.
yang wajib ada ( wajibul wujud ) itu hanya Alloh semata

ALLAH MAHA NYATA (AD-DZAHIR

Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,padahal . Dia-lah yang mendhahirkan sesuatu
Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,padahal Dia-lah yang tampak pada segala sesuatu. Bagaimana mungkin Allah dapat didindingi oleh sesuatu,padahal Dia lebih nyata dari segala sesuatu. Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,padahal kalau tidak ada Dia, tidak ada sesuatu. Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,padahal Dia Maha Nyata sebelum segala sesuatu (Al-Hikam Ibnu Atha'illah Al Askandary)

MANSUR AL HALAJ




MANSUR AL HALAJ


Di tengah pergolakan intelektual, falsafah, politik dan peradaban Islam ketika itu, tiba-tiba muncul seorang ahli Sufi yang dianggap kontroversi di kalangan umum ketika itu. Bukan sahaja kaum Fuqaha’, malah sebahagian kaum Sufi pun ada yang menentang beliau. Beliau adalah Al-Husain bin Mansyur Al-Hallaj, yang mempunyai pengaruh dan meninggalkan kesan yang besar di dalam sejarah Tasauf Islam.

Nama lengkapnya adalah al-Husain bin Mansur, lebih dikenali dengan panggilan Abul Mughits. Beliau adalah penduduk Baidha’ di Iran dan menempuhi alam dewasa di Wasith dan Irak. Menurut catatan As-Sulamy, Al-Hallaj pernah berguru pada Al-Junaid al-Baghdadi, Abul Husain an-Nuri, Amr al-Makky, Abu Bakr al-Fuwathy dan guru-guru yang lain.

Walaupun beliau ditolak oleh sebahagian kecil kaum Sufi, namun dia diterima oleh ramai tokoh-tokoh besar Sufi besar seperti Abul Abbad bin Atha’, Abu Abdullah Muhammad Khafif, Abul Qasim Al-Junaid Al-Baghdadi dan Ibrahim Nashru Abadzy. Mereka memuji dan membenarkan Al-Hallaj, bahkan mereka banyak mengisahkan dan memasukkannya sebagai golongan ‘ahli hakikat’. Bahkan, Muhammad bin Khafif menyatakan: “Al-Husain bin Mansur adalah seorang alim Rabbani.”

Pada akhir hayatnya, Al-Hallaj dibunuh oleh pemerintah zalim ketika itu, berdekatan gerbang Ath-Thaq, pada hari Selasa di bulan Zulkaedah tahun 309H.

Pada perkembangannya, teori-teori Tasauf yang diungkapkan oleh Al-Hallaj, berkembang lebih jauh, seperti yang dilakukan oleh Ibnu Arabi, Al-Jiily, Ibnu Athaillah as-Sakandary, bahkan gurunya sendiri, Al-Junaid memiliki ‘risalah’ (semacam surat-surat Sufi) yang sangat mirip dengan Al-Hallaj. Sayang sekali risalah tersebut tidak diterbitkan secara meluas, sehingga, misalnya mazhab Sufi Al-Junaid tidak difahami secara komprehensif pula. Menurut Prof Dr. KH Said Aqiel Sirraj: “Kalau orang membaca Rasailul Junaid, pasti orang akan faham tentang pandangan Al-Hallaj.”


Imam Al Gazali ketika ditanyai bagaimana pendapatnya tentang perkataan "ANAL HAQQ". Beliau menjawab," Perkataan demikian yang keluar dari mulutnya adalah karena sangat cintanya kepada Allah. Apabila cinta sudah demikian mendalamnya, tidak ada lagi rasa berpisah antara diri seseorang dengan seseorang yang dicintainya". Sehingga beliau, Rumi dan Fariduddin Al-Attar memberinya julukan "Syahidul Haq" (seorang syahid yang benar).

Pada hari ketika Al Hallaj akan dieksekusi, para sufi waktu itupun banyak yang berbeda pendapat tentang vonis mati yang dijatuhkan kepadanya. Diantara mereka ada sufi yang bisa memahami perasaan Al Hallaj sebagai seorang sufi. Namun ada juga sufi lain yang berpendapat bahwa Al-Hallaj memang pantas mendapat hukuman itu. Karena Al-Hallaj telah mengumumkan salah satu rahasia kaum sufi.

Asy Syibli berkata,"Aku dan Husein ibn Mansur Al Hallaj adalah sama. Hanya saja ia menampakkan sedang aku menyimpannya. Al Junaid pernah juga berkata kepada Asy Syibli," Kami menata rapi ilmu tasawuf ini, lalu kami simpan di ruang bawah tanah. Sedangkan Al Hallaj datang membawa ilmu tasawuf dan mengemukakan kepada khalayak manusia.


Al-Hallaj meninggalkan Basra dan kembali ke Baghdad, masuk kembali ke perguruan (khanqah) Syeikh Junaid Al-Baghdadi. Tetapi juga di sini Al-Hallaj mulai lagi mengucapkan ucapan-ucapannya yang mengungkapkan rahsia Ketuhanan yang sesungguhnya wajib disimpan pada surat surat rahasia para sufi, walaupun ia telah dilarang gurunya Syeh Junaid Al Bagdadi ,namun Mansur Al Halaj terus saja mengumandangkan tentang Anal Haq di khalayak ramai ,yang menimbulkan keresahan pada masyarakat yang belum paham tentang pandangan Al Halaj tersebut.
.
Pada suatu hari Syeikh Junaid berkata,

"Hai, Mansur, tidak lama lagi, suatu titik dari sebilah papan akan diwarnai oleh darahmu!"
"Benar", kata Mansur Al-Hallaj, "Tetapi dalam hal yang demikian, engkau juga akan melemparkan pakaian Kesufianmu dan mengenakan pakaian Maulwi - Ana Al-Haq". Kedua ramalan itu secara harafiah menjadi kenyataan.

Pada suatu hari Al-Hallaj benar-benar dirangsang oleh api cinta Ilahiahnya dan ia kembali meneriakkan "Ana Al-Haq". Dan begitulah ia terus, sering tanpa henti. Gurunya, Syeikh Junaid dan teman-temannya seperti Syeikh Al-Syibli dan lain-lainnya menasihati Al-Hallaj agar menahan hati, namun tetap tidak mempan. Al-Hallaj terus saja dengan seruan-seruannya "Ana Al-Haq" pada waktu-waktu istirahat.

Lalu bangkitlah kaum Ulama' syariat melawan Al-Hallaj dengan mendapat dukungan dari Hamid Ibn Abbas, Perdana Menteri (PM) wilayah Baghdad dan akhirnya malah mengeluarkan "Fatwa Kufur", menyatakan bahawa Al-Hallaj secara hukum dapat dihukum mati.

Sabtu, 18 Juni 2016

AL MAJZUBIEN ( SEORANG YANG DIALIRI OLEH GETARAN DAYA TARIK HAQ )





AL MAJZUBIEN

1-PERBEDAAN SALIK DAN MAJZUB DALAM KITAB AL HIKAM

Di dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atho'illah Al Askandary disebutkan

Dalla bi wujudi atsari -wa ala wujudi asma'ihi-wa bi wujudi asma'ihi ala stubuti auw shifati-wa stubuti auw shofatihi ala wujudi zatihi-iz mahalun any yaquwmal washfa binafsihi-Bi arbabul jazbi yaksyifu lahum ila ang kamaliz zatihi-stumma yarodduhum ila syuhudi shofatihi -stumma yarji'uhum ila ta'alluqi bi ama'ihi-stumma yarodduhum ila syuhudi atsarihi-Wa salikun ala a'ksi zalika fatihayatus salikin-bi dayatul majzubien wa bidayatus salikinu nihayatul majzubien-lakilla bimaknan wahidin farubbamal taqoya fitthoriqi -haza fi taroqihi-wa haza fi tadallih-
 

Terbukti dengan adanya alam semesta,adanya nama nama zatnya,adanya nama nama sifatnya,adanya sifat sifat zatnya,setiap zat pasti ada sifatnya,sifat tidak mungkin berdiri sendiri tanpa zatnya
 

Maka orang Majzub ( orang yang yang dialiri getaran daya tarik zatnya)dialah yang pertama kali mengenal dan terbuka baginya tentangkesempurnaan zatnya.
 

Kemudian menurun kepada orang yang mengenal/melihat sifatnya,kemudian menurun kepada orang yang mengenal/melihat as'manya,kemudian menurun kepada orang yang mengenal/melihat af'alnya,Dan sebaliknya orang orang salik mencari dari bawah ke atas dan puncak pencapaian akhir orang salik hanya sampai kepadapermulaan/awal orang majzubien ( orang yang dialiri oleh getaran daya tarik zatnya) .
 

Adapun puncak akhir bagi orang majzubien adalah pada awal/permulaan orang salik.Tetapi orang majzub dan orang salik berbeda,tidak sama dalam segala galanya.ketika orang salik mendaki mencari ilmu dari bawah ke atas.orang majzubien malah turun dari atas ke bawah.Hanya kadang mereka betemu ditengah perjalanan,namun ada yang naikdan ada yang turun.

 2-MAKRIFAT BAGI ORANG MAJZUB

Tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang diperoleh secara biasa (Ma’rifat talimiyat), ilmu laduni bersifat tetap dan tidak dapat hilang atau terlupakan. Seseorang yang telah dianugrahi ilmu laduni disebut dengan ‘alim sejati’ (alim yang sebenarnya). Sebaliknya, seseorang yang tidak memperoleh dari ilmu laduni, belum bisa disebut sebagai alim sejati.

Hal ini dinyatakan oleh Abu Yazid al Bistami bahwa

“Tidaklah disebut sebagai alim (ma’rifat al-mazjub) jika seseorang masih memeproleh ilmunya dari hapalan-hapalan kitab, karena seseorang yang memperoleh ilmunya dari hapalan, pasti akan mudah melupakan ilmunya. Dan apabila ia lupa, maka bodohlah ia”


Seorang yang ‘alim (ma’rifat laduniyah) adalah orang yang memeproleh ilmunya langsung dari Allah menurut waktu yang dikehendaki-Nya, dengan tidak melalui hapalan dan pelajaran. Orang seperti ini pula menurut Muhammad Nafis disebut sebagai ‘alim ar-Rabani -orang yang berpengetahuan ketuhanan-.

Seperti yang disebutkan dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atha'illah Al Askandary

Ma’rifat laduniyah juga dapat disebut Ma’rifat orang Majzub( orang yang dialiri oleh getaran daya tarik haq) juga dapat disebut ‘alim ar-Rabani yaitu orang yang langsung dibukakan oleh Tuhan untuk mengenal kepada-Nya. Jalannya langsung dari atas dengan menyaksikan Dzat yang Suci, kemudian turun dengan melihat sifat-sifat-Nya, kemudian kemudian kembali bergantung kepada nama-nama-Nya,kemudian turun kepada yang mengenal af'alNya.

Disebutkan pula dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atha'illah Al Askandary." Bi arbabul jizby wayangkasyifulahu kamiluz zatihi " yaitu orang orang yang dialiri daya tarik haq tersebut yang pertama mengenal kesempurnaan zatnya.

Tingkatan oerang majzub atau orang yang dialiri oleh getaran daya tarik haq ,disebutkan dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atha'illah Al Askandary " Bahwa puncak orang salik adalah awal permulaan orang majzub,orang salik menuntut dan mencari dari bawah ke atas,namun orang majzub menurun dari mengenal kesempurnaan zat,kepada mengenal sifat-sifat,mengenal asma'-asma',dan kepada af'alNya.

Tinjaun secara ilmiah

Sulthan adalah sebuah kekuatan atau energi yang terdapat pada semesta ini, Syarikul Autad adalah kumpulan kekuatan kekuatan yang merupakan pusat energi atau dapat dikatakan inti zat yang selalu dikejar oleh ion ionnya sehingga menimbulkan gerak getaran gelombang yang terus menerus di alam ini dan terjadi senyawa senyawa baru dari ion ion yang melepaskan diri dengan ledakan ledakannya.

Jizbatul Haqqul Karomah adalah kekuatan daya tarik atau magnit kebenaran dari kemuliannya.atau dapat dikatakan daya tarik positip yang menjadi aura pada sebuah kekuatan.

Sulthan Syarikul Autad Jizbatul Haqqul Karomah,merupakan kekuatan daya tarik haq adalah fitrah yang meliputi fartikel zat semesta.yang merupakan potensi yang terdapat pada diri manusia.

Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia ( MPSSGI ) adalah sebuah wadah sebagai tempat latihan untuk menumbuhkanan,pengembangan potensi jizby atau daya tarik yang nerupakan natural magnetik yang terdapat pada tubuh manusia.Apabila Jizby/jazbah atau daya tarik ini tumbuh kuat pada tubuh,maka tubuh akan bergetar.

Di dalam Kitab Darun Nafis Syeikh Al Banjari disebutkan ," Sebuah Daya Tarik,dan dari beberapa Daya Tarik Haq,tidak dapat disamakan dengan segala amalan bangsa jin dan manusia yang berat berat ",hal ini menjelaskan perbandingan kekuatan antara Jazbah/Daya Tarik Haq dan amalan.Dari satu biji zarah Daya Tarik Haq kadarnya lebih kuat dari segala amalan bangsa jin dan manusia yang staqoliyn yaitu amalan bangsa jin dan manusia yang berat berat.

Seperti kata Syeikh Al Jauhari orang orang yang dialiri oleh jizby atau daya tarik ini,maka tubuhnya akan bergetar,ibarat sepotong jarum yang didekatkan dengan magnit,Apabila potensi jazbah ini sudah tumbuh kuat pada diri manusia,dengan latihan latihan tertentu yang dikembangkan oeh Maspanji Sangaji Samaguna Indonesia ,maka jizby tersebut dapat digunakan untuk berbagai macam kebutuhan yang bersifat dzohir maupun bathin.


3-PERBEDAAN JAZBAH DAN SULUK

Para Masyaikh Naqsabandiyah mengatakan bahwa:

Meneruskan Zikir Ismu Zat akan menghasilkan Jazbah,Jazbah adalah daya tarikan daripada Allah dengan cepat,Zikir Nafi Itsbat akan menghasilkan perjalanan Suluk dengan cepat.Seseorang yang telah mendapatkan Jazbah/daya tarik oleh Allah swt dengan ciri cirinya seluruh tubuhnya bergetar ,digelarkan sebagai Mazjub Salik/majzubien ketika seseorangyang menempuh Suluk dengan Taufiq Allah swt,orang tersebut dipanggil sebagai Salik Mazjub.


4-PERBEDAAN ANTARA SALIK DAN MAJZUB

Ada perbedaan yang jelas antara Salik Mazjub dan Majzub Salik.Seorang Salik Mazjub telah melalui berbagai peringkat keruhaniandan mengetahui tentang seluk-beluk dalam perjalanan keruhanian.

Seorang Mazjub Salik adalah seperti seorang yang telah dibawa kekuatan daya tarik zatnya di dalam sebuah kekuatan daya tarik tanpa usahanya sendiridan tanpa hawa nafsu,pemikirin, keinginan dan kepandaian,hanya dengan daya tarikan zat atau Jazbah/jizby yang bergetar dengan gerak gelombang haq ,mereka mengenal segala rahasia ilahi semata mata karena jazbah/jizby,Jazbah akan bergerak dengan getaran refleksi zatnya.

Dalam Suluk, seseorang Salik menempuh perjalanan keruhanian dengan usaha dan amalannya,tetapi dalam Jazbah, segala peningkatan keruhanian  adalah sematamata limpahan karunia dari Allah swt.Selagi tidak ada Jazbah/ daya tarikan zatnya,maka seseorang itu tidak akan dapat mencapai darjat WilayatYaitu derajat Kewalian dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala 


5-PENDAPAT SYEIKH AHMAD FATANI TENTANG MAJZUB

Orang majzub adalah orang yang ditarik oleh kekuatan daya tarik Allah Taala ciri ciri majzub itu nyata,adalah seluruh tubuh bergetar dengan jizbynya atau grafitasi haq.

Diri ditarik bagai tarikan magnit kepada beberapa hal hal yang mulia dan kepada beberapa maqam yang tinggi dalam ilmu .daya tarik haq yang menarik dengan tempo yang singkat.Tarikan tersebut tanpa menggunakan kemauan ,pikiran dan kepandaian.
 

Orang ini dapat sampai kepada segala hal dan dapat mengenal segala maqam dalam masa yang singkat. seperti orang menaiki keretapi express dalam tempo 30 hari untuk perjalanan dapat dicapai dengan 3 hari saja Itulah perbandingan orang Majzub dan orang salik,
 

Kekuatan getaran daya tarik haqq itu berlaku pada orang orang rabbany yaitu mereka yang sudah tertarik oleh kekuatan atau Sulthan Syarikul Autadil Haq,ibarat sepotong jarum yang ditarik oleh magnit,sehingga seluruh tubuhnya bergetar.

Orang yang telah menafikan/meniadakan sifat sifat dirinya,dan sifat sifat kekuatan getaran haq menjadi gerak getaran gelombangnya pada dirinya,sehingga mereka tak memiliki daya kekuatan kecuali kekuatan jizbatul haq/kekuatan daya tarik haq.
 

Orang tertarik oleh kekuatan jazbah kepada sifat sifat Rabbaniyah, mereka dapat melihat rahasia rahasia asyiak disisi asyiak.

Segalanya terbuka baginya,semata mata dengan autadillah tiada daya dan upaya pada dirinya,tiadalah kekuatan dirinya ,fana'lah segala kekuatan dirinya yang ada dan nyata hanyalah sulthonulloh dalam gerak getaran gelombang haq,yaitu kekuatan haq yang menarik dengan daya tariknya jazbatul haqqul karomah,atau kekuatan kekuatan daya tarik kemuliannya .kekuatan itulah yang menarik dengan kekuatan zat,sifat,asma' dan af'alnya

MUSYAHADAH TANPA DALIL





MUSYAHADAH TANPA DALIL

Dalam  Kawasyiful Jilliyah Dikatakan

Wa Oallallohu Ta'ala,

FALAMMA TAJALLA ROBBAHU LILJIBALI JA'ALAHU DAKKA ,@FA IZA JAZA TAJALLA LIL JIBALI L LAZIY JAMADU ZU KAIYFA TAMMANA'U AY YATAJALLA LI RUSULIHI WA AULIYAIHI@

Alloh swt berfirman ,

Ketika Alloh swt bertajalla /nyata di bukit Tursina,maka bukit itu menjadi lenyap/tiada @Jika Alloh swt bisa tampak nyata pada bukit/gunung,padahal bukit /gunung itu benda mati yang padat,Mengapa tidak mungkin bertajalla/nyata wajahnyapada rasul rasulnya dan pada orang orang rabbany@

 Di dalam Al Hikam Ibnu Atho'illah Al Askandary disebutkan

Segala keadaan dan peristiwa alam semesta ini seluruhnya menunjukkan kegelapan.dan kebutaan, padahal yang memberikan cahaya pada jagat raya ini adalah karena amat nyatanya Al-Haq padanya ,barang siapa yang melihat jagat raya dan dia tidak menyaksikan Allah Al- Haq padanya,atau tidak melihat nyatanya Alloh Al Haq di sana,ketika melihat jagat raya ini dan dia tidak melihat Alloh swt yang nyata di sana ,sebelum dan sesudahnya,maka sesungguhnya dia disilaukan /dibutakan oleh cahaya-cahaya terang dan tertutuplah mata hari makrifatnya akibat tebalnya awan kebenaran”

Dan di dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atho'illah Al Askadary disebutkan pula :

Al haqqu laiysa bimahjuwbin-wa innamal mahjubu anta andzohri ilaih-iz law hajabahu syai'un lasatarohu ma hajabuhu-walauw kana lahu satirun lakana liwujudihi hashirun wa kullu hashirin-li syai'in fahuwa lahu qohirun-wa huwal qohiru fauqo i'badihi-

Al Haq itu tiada terhalang oleh sesuatu apapun jua-dan tidak mungkin segala sesuatu dapat menghalangi wujudnya-sesungguhnya manusia itu sendiri yang terhalang pengelihatannya,sehingga dia tidak dapat melihat wujudnya yang terang.Sebab jika ada penghalang yang dapat menghalangi wujudnya.maka wujudnya akan terkurung atau tertutup.Andaikata ada yang mengurung atau menutup wujudnya,pastilah yang mengurung atau menutupnya yang menguasai apa yang dikurungnya,Padahal wujud Haq itu nyata dan terang,dan berkuasa atas segala sesuatu-

 Ibnu Athaillah menggambarkan secara bijak:

"Alam semesta ini gelap, dan sebenarnya menjadi terang karena dicahayai Allah di dalamnya. Karena itu siapa yang melihat semesta, namun tidak menyaksikan Allah di dalamnya, atau di sisinya, atau sebelum dan sesudahnya, benar-benar ia telah dikaburkan dari wujud Cahaya, dan tertutup dari matahari ma'rifat oleh mendung-mendung duniawi semesta."

Musyahadah yaitu Menyaksikan Allah" hubungan dengan mukasyafah, yang menghalangi diri hamba dengan Allah itu tidak ada,namun yang menghalangi adalah prasangka adanya sesuatu selain Alloh, dan Allah sesungguhnya tidak bisa dihijabi oleh apa pun. Karena jika ada hijab yang bisa menutupi Allah, berarti hijab itu lebih besar dan lebih hebat dibanding Allah.


Ibnu Athaillah menyebutkan enam hal dalam soal hubungan hamba dengan Allah di hadapan Allah, yang harus dimaknai dengan rasa terdalam, untuk memahami dan membedakan satu dengan yang lain. Bukan dengan fikiran:

1-Mufatahah: artinya, membukakan tirai hakikat Asma, Sifat dan keagungan DzatNya, agar hamba tida ada di sana dan tidak melihat wujud diri dan segala sesuatu,hanya Alloh swt yang maujud

2-Muwajahah, artinya berhadapan,yaitu memandang diri dan segala sesuatu,dalam penyaksian hati,pikiran,perasaan hanya Alloh yang maujud.

3-Mujalasah, artinya menetapkan pandangan,penyaksian kepada wujud,tiada yang wujud selain WujudNya.

4-Muhadatsah, maknanya dialog dengan rahasia sirrnya yang merupakan refleksi ilham atau laduninya.

5-Musyahadah, adalah nyata, yang tidak lagi butuh bukti dan penjelasan, tak ada imajinasi maupun keraguan. Dikatakan, "Syuhud itu dari penyaksian yang disaksikan Wujudnya yang terang dan jelas tanpa memerlukan pemikiran ,dalil dan burhan.

6-Muthala'ah.mengenal tunggalnya wujudnya yang nyata,terang dan jelas tanpa keraguan dan berandai andai dalam ibarat..

ALLOH SWT MAHA DZOHIR




ALLOH SWT MAHA DZOHIR

Dalam Kitab Al Hikam Ibnu Attha'illah Al Askandary disebutkan,

Sangat jauh berbeda antara orang yang berdalil ".

"ADANYA WUJUD ALLOH TA'ALA ITU MENUNJUKKAN WUJUD ALAM SEMESTA",

"Dengan orang yang berdalil",

"ADANYA ALAM SEMESTA INI MENUNJUKAKAN WUJUD ALLOH TA'ALA",

"Adapun orang yang berdalil".

"ADANYA WUJUD ALLOH TA'ALA MENUNJUKKAN WUJUD ALAM SEMESTA ".

Itulah orang yang telah meletakkan wujud haq pada tempatnya,orang itulah yang mengenal Alloh,
dan menetapkan tiada wujud segala sesuatudan yang maujud hanya Alloh.

Seadangkan orang yang berdalil"

"ADANYA ALAM SEMESTA INI MENUNJUKKAN WUJUD ALLOH TA'ALA",

"Maka orang ini yang tidak sampai kepada mengenal Alloh","Dan kapankan Alloh itu hilang ?".
"Sehingga kita memerlukan dalil untuk mengenalnya ? Dan kapankan Alloh itu jauh ?"Sehinngga alam semesta ini ,dapat menyampaikan kita kepadanya !"


Di Dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atho'illah Al Askandariy disebutkan:

Ma hajabaKa anillahi wujudu mawjudin ma'ahu-Wa lakin hajabaKa a'nhu tuwhum mawjudin ma'ahu-

Tiada sesuatu apapun yang menghalangi engkau dengan Alloh',tetapi yang mengahalangimu adalah prasangkamu,bahwa ada sesuatu selain Alloh, Sebab segala sesuatu itu pada haqiqatnya tidak ada yang wajib ada ( wajibul wujud ) itu hanya Alloh semata-

Dalam Risalah Al Qusyairiah ,Al Qusyi berkata'

Al Mukasyafatu wa huwa hudhuruhu bina'til bayana gayro muftaqirin fi hazihil halati ila ta ammilid dalil-

Mukasyafah itu adalah melihat kenyataan wajahNya,dengan sifat yang terang,tidak memerlukan dalil atau keterangan dan nyata tidak memerlukan pemikiran

Di Dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atho'illah Al Askandariy disebutkan:

Ma hajabaKa anillahi wujudu mawjudin ma'ahu--Wa lakin hajabaKa a'nhu tuwhum mawjudin ma'ahu-

Tiada sesuatu apapun yang menghalangi engkau dengan Alloh',tetapi yang mengahalangimu adalah prasangkamu,bahwa ada sesuatuselain Alloh,Sebab segala sesuatu itu pada haqiqatnya tidak ada.
yang wajib ada ( wajibul wujud ) itu hanya Alloh semata

ALLAH MAHA NYATA (AD-DZAHIR

Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,padahal . Dia-lah yang mendhahirkan sesuatu
Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,padahal Dia-lah yang tampak pada segala sesuatu. Bagaimana mungkin Allah dapat didindingi oleh sesuatu,padahal Dia lebih nyata dari segala sesuatu. Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,padahal kalau tidak ada Dia, tidak ada sesuatu. Bagaimana mungkin sesuatu dapat mendidingi Allah,padahal Dia Maha Nyata sebelum segala sesuatu (Al-Hikam Ibnu Atha'illah Al Askandary)