MUSYAHADAH TANPA DALIL
Dalam Kawasyiful Jilliyah Dikatakan
Wa Oallallohu Ta'ala,
FALAMMA TAJALLA ROBBAHU LILJIBALI JA'ALAHU DAKKA ,@FA IZA JAZA TAJALLA LIL JIBALI L LAZIY JAMADU ZU KAIYFA TAMMANA'U AY YATAJALLA LI RUSULIHI WA AULIYAIHI@
Alloh swt berfirman ,
Ketika Alloh swt bertajalla /nyata di bukit Tursina,maka bukit itu menjadi lenyap/tiada @Jika Alloh swt bisa tampak nyata pada bukit/gunung,padahal bukit /gunung itu benda mati yang padat,Mengapa tidak mungkin bertajalla/nyata wajahnyapada rasul rasulnya dan pada orang orang rabbany@
Di dalam Al Hikam Ibnu Atho'illah Al Askandary disebutkan
Segala keadaan dan peristiwa alam semesta ini seluruhnya menunjukkan kegelapan.dan kebutaan, padahal yang memberikan cahaya pada jagat raya ini adalah karena amat nyatanya Al-Haq padanya ,barang siapa yang melihat jagat raya dan dia tidak menyaksikan Allah Al- Haq padanya,atau tidak melihat nyatanya Alloh Al Haq di sana,ketika melihat jagat raya ini dan dia tidak melihat Alloh swt yang nyata di sana ,sebelum dan sesudahnya,maka sesungguhnya dia disilaukan /dibutakan oleh cahaya-cahaya terang dan tertutuplah mata hari makrifatnya akibat tebalnya awan kebenaran”
Dan di dalam Kitab Al Hikam Ibnu Atho'illah Al Askadary disebutkan pula :
Al haqqu laiysa bimahjuwbin-wa innamal mahjubu anta andzohri ilaih-iz law hajabahu syai'un lasatarohu ma hajabuhu-walauw kana lahu satirun lakana liwujudihi hashirun wa kullu hashirin-li syai'in fahuwa lahu qohirun-wa huwal qohiru fauqo i'badihi-
Al Haq itu tiada terhalang oleh sesuatu apapun jua-dan tidak mungkin segala sesuatu dapat menghalangi wujudnya-sesungguhnya manusia itu sendiri yang terhalang pengelihatannya,sehingga dia tidak dapat melihat wujudnya yang terang.Sebab jika ada penghalang yang dapat menghalangi wujudnya.maka wujudnya akan terkurung atau tertutup.Andaikata ada yang mengurung atau menutup wujudnya,pastilah yang mengurung atau menutupnya yang menguasai apa yang dikurungnya,Padahal wujud Haq itu nyata dan terang,dan berkuasa atas segala sesuatu-
Ibnu Athaillah menggambarkan secara bijak:
"Alam semesta ini gelap, dan sebenarnya menjadi terang karena dicahayai Allah di dalamnya. Karena itu siapa yang melihat semesta, namun tidak menyaksikan Allah di dalamnya, atau di sisinya, atau sebelum dan sesudahnya, benar-benar ia telah dikaburkan dari wujud Cahaya, dan tertutup dari matahari ma'rifat oleh mendung-mendung duniawi semesta."
Musyahadah yaitu Menyaksikan Allah" hubungan dengan mukasyafah, yang menghalangi diri hamba dengan Allah itu tidak ada,namun yang menghalangi adalah prasangka adanya sesuatu selain Alloh, dan Allah sesungguhnya tidak bisa dihijabi oleh apa pun. Karena jika ada hijab yang bisa menutupi Allah, berarti hijab itu lebih besar dan lebih hebat dibanding Allah.
Ibnu Athaillah menyebutkan enam hal dalam soal hubungan hamba dengan Allah di hadapan Allah, yang harus dimaknai dengan rasa terdalam, untuk memahami dan membedakan satu dengan yang lain. Bukan dengan fikiran:
1-Mufatahah: artinya, membukakan tirai hakikat Asma, Sifat dan keagungan DzatNya, agar hamba tida ada di sana dan tidak melihat wujud diri dan segala sesuatu,hanya Alloh swt yang maujud
2-Muwajahah, artinya berhadapan,yaitu memandang diri dan segala sesuatu,dalam penyaksian hati,pikiran,perasaan hanya Alloh yang maujud.
3-Mujalasah, artinya menetapkan pandangan,penyaksian kepada wujud,tiada yang wujud selain WujudNya.
4-Muhadatsah, maknanya dialog dengan rahasia sirrnya yang merupakan refleksi ilham atau laduninya.
5-Musyahadah, adalah nyata, yang tidak lagi butuh bukti dan penjelasan, tak ada imajinasi maupun keraguan. Dikatakan, "Syuhud itu dari penyaksian yang disaksikan Wujudnya yang terang dan jelas tanpa memerlukan pemikiran ,dalil dan burhan.
6-Muthala'ah.mengenal tunggalnya wujudnya yang nyata,terang dan jelas tanpa keraguan dan berandai andai dalam ibarat..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar